Sabtu, 11 Oktober 2008

Menganalisa 3 Ideologi Dunia

Tulisan berikut tidak lain ingin membuktikan kembali "klaim" sebelumnya—yakni bahwa hanya Islamlah satu-satunya ideologi rasional dan sesuai dengan fitrah manusia—dengan cara membandingkan ketiga ideologi di atas, yakni Sosialisme-komunis, Kapitalisme-sekular, dan Islam; melalui perspektif yang paling mendasar: akidah.
Ideologi (mabda) adalah Iaqidah Aqliyah yang melahirkan peraturan. Sedangkan aqidah adalah pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan hidup; dan tentang apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta hubungannya dengan sebelum dan sesudah alam kehidupan
Saat ini, hanya ada 3 (tiga) ideologi yang diemban oleh manusia, yakni:
1. Sosialis-Komunisme, yang didasarkan pada akidah materialisme;
2. Sekuler-Kapitalisme, yang didasarkan pada akidah sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan);
3. Islam, yang didasarkan pada akidah Islam.
Ada tiga pertanyaan mendasar yang senantiasa ingin dipecahkan oleh manusia menyangkut keberadaannya di dunia ini. Ketiga pertanyaan itu adalah:
(1) Darimana asal manusia dan kehidupan ini?;
(2) Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada?;
(3) Mau kemana manusia dan kehidupan setelah ini?


Menjawab pertanyaan dengan Ideologi Sosialis-Komusisme
Ideologi Komunisme menjawab tiga pertanyaan di atas dengan jawaban: bahwa manusia dan kehidupan dunia ini berasal dari materi dan ada dengan sendirinya; manusia hidup di dunia ini untuk mencari kebahagian material; dan kelak manusia akan kembali lagi menjadi materi. Itulah materialisme yang menjadi akidah dari ideologi ini.
Walhasil, ideologi Komunisme menafikan keberadaan Tuhan sama sekali (ateis). Para pengembannya hidup dengan aturan yang dibuat sendiri, dengan standar baik-buruk yang mereka kehendaki. Mereka berbudaya, berpolitik, dan berekonomi untuk mencapai kebahagiaan material. Mereka tidak menyakini adanya hal-hal gaib (Tuhan, ruh, akhirat, pahala-dosa, dll) di luar materi. Jelas ideologi ini—yang menafikan keberadaan Zat sebelum alam dunia ini (Tuhan) dan adanya kehidupan setelah dunia ini (akhirat)—tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki naluri beragama (religiusitas). Ironisnya, religiusitas yang sejatinya mendorong manusia untuk menyucikan dan mengagungkan Tuhan, diarahkan oleh ideologi ini ke penyucian dan pengagungan terhadp sesama manusia, yakni para pemimpin mereka. Wajar jika penyimpangan ideologi ini dari fitrah manusia menciptakan berbagai ketidakpuasan spiritual dan ketidaktenteraman jiwa bagi para pengembannya.

Menjawab pertanyaan dengan Ideologi Sekuler-Kapitalisme
Adapun ideologi Kapitalisme menjawab pertanyaan di atas dengan jawaban: bahwa manusia dan kehidupan ini diciptakan oleh sang Pencipta, Tuhan. Namun, Tuhan tidak mengurusi urusan yang terkait dengan kehidupan dunia. Tuhan hanya mengatur hubungan antara Diri-Nya dan makhluk-Nya dalam masalah ibadah/keakhiratan semata. Walhasil, ideologi ini percaya bahwa Tuhan itu ada dan kehidupan setelah dunia itu juga ada, namun Tuhan dianggap tidak berperan apa-apa dalam mengatur kehidupan manusia di dunia ini. Dari sini muncullah pemisahan antara urusan dunia dan urusan akhirat. Urusan dunia (ekonomi, politik, sosial, budaya, dll) diatur sepenuhnya oleh manusia, sedangkan aturan yang berhubungan dengan akhirat (tatacara peribadatan) diatur oleh Tuhan. Itulah sekularisme, yang menjadi akidah dari ideologi ini.
Ideologi Kapitalisme pun jelas tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Sebab, kita sejatinya memahami bahwa Tuhanlah yang mengetahui persis hakikat manusia ketimbang manusia sendiri. Artinya, Tuhanlah sejatinya yang paling mengetahui aturan-aturan yang terbaik yang harus menjadi pedoman hidup manusia di dunia, bukan manusia yang akalnya sangat terbatas. Terbukti, berbagai peraturan yang dibuat oleh manusia justru menimbulkan banyak persoalan, bahkan bencana, bagi manusia sendiri. Wajar jika ideologi ini pun telah menimbulkan berbagai ketidakpuasan spiritual dan ketidaktenteraman bagi jiwa manusia. Itulah yang terjadi di Barat saat ini.

Menjawab pertanyaan dengan Ideologi Islam
Sebaliknya, ideologi Islam menjawab tiga pertanyaan di atas dengan jawaban paripurna, memuaskan akal, dan sesuai dengan fitrah manusia. Ideologi Islam menjelaskan bahwa di balik alam dan kehidupan ini ada sang Pencipta, Tuhan, yang menciptakan manusia dan seluruh alam dari ketiadaan, sekaligus memberikan tugas/amanah kehidupan kepada manusia. Untuk itu, manusia diberi petunjuk/tuntutan hidup berupa aturan-aturan yang jelas, yang bersumber dari wahyu Tuhan, berupa al-Quran dan as-Sunnah. Amanah/tugas inilah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat, sebuah kehidupan lain setelah dunia ini. Itulah pemahaman inti dari akidah Islam, yang menjadi dasar dari ideologi Islam.
Ideologi Islam jelas masuk akal dan sesuai dengan fitrah manusia. Sebab, manusia memang membutuhkan sang Pencipta sebagai Zat Yang layak untuk disembah, sekaligus yang memiliki otoritas untuk mengatur kehidupan manusia di dunia, karena Dialah Yang paling tahu atas apa yang terbaik bagi manusia. Dialah Allah Swt. Karena itu, dalam meniti kehidupannya (dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, dll) manusia harus senantiasa menyandarkan diri pada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt., yakni syariat Islam.
Walhasil, ideologi Islam adalah satu-satunya ideologi yang masuk akal dan sesuai dengan fitrah manusia. Terbukti, dalam sejarahnya, sepanjang ideologi Islam diterapkan dalam realitas kehidupan, sebagaimana pernah terjadi selama berabad-abad pada masa Daulah Islamiyah zaman Nabi saw. dan Kakhilafahan Islam, ideologi Islam mampu menciptakan kemakmuran, kesejahteraan, kedamaian, keadilan, kemajuan, sekaligus ketenteraman jiwa manusia; sesuatu yang tidak pernah dapat dicapai oleh ideologi Komunisme maupun Kapitalisme.
Islam: Ideologi Penebar Rahmat
Allah Swt. berfirman:

”Tiadalah Kami mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” (QS al-Anbiya' [21]: 107).
firman Allah Swt. berikut:

”Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki. Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?!” (QS al-Maidah [5]: 50).

Selanjutnya tulisan Metode menerapkan ideologi



Tidak ada komentar: