Sabtu, 11 Oktober 2008

Mengajarkan Kepemimpinan

 Kalau Anda ditanya apa keinginan Anda terhadap anak Anda? Jawabannya pasti bermacam-macam tetapi dari semua jawaban Anda yang bermacam-macam tadi dapat saya simpulkan adalah intinya Anda menginginkan anak Anda menjadi seseorang yang baik, baik dalam segala hal. Sebelum Anda berpikir untuk mendapatkan anak yang baik tentunya Anda juga harus mengajarkan segala sesuatu yang baik-baik. Tanggungjawab ini merupakan jiwa kepemimpinan Anda sebagai orang tua untuk melihat putra-putrinya berprilaku baik dan menjadi permata yang sejuk dipandang.

 

Bagaimana mengajarkan kepada anak Anda tentang kepemimpinan, sedangkan mereka juga masih belum lancar berkomunikasi secara verbal dan paham dengan bagaimana mereka harus bertindak menjadi seorang pemimpin? Atau ada pertanyaan lain mungkin tentang bagaimana jika si anak ternyata meliki jiwa yang labil, cengeng, sering ngambek, dan lebih sering membangkang daripada menuruti kata-kata Anda?

Pertanyaan-pertanyaan tadi merupakan jawaban dari apa yang dimaksud kepemimpinan itu sendiri. Menurut saya kepemimpinan pada anak adalah si anak mampu berpikir secara rasional bagaimana mereka harus bertindak dan bersikap menjadi seseorang yang dapat memikirkan konsekuensi logis dari apa yang mereka kerjakan. Saya ambil contoh seperti ini:

Ketika seorang anak bermain dengan semua mainannya, setelah selesai bermain anak tersebut merapihkan mainannya kembali dan menyimpannya ditempatnya semula. Kemudian si Ibu berkata “aduh anak mama pinter, mama senang deh kalau adik selesai main terus merapihkan lagi, ntar mama bilangi deh ke papa kalau papa dapat uang biar dibeliin mainan yang baru.”. Tanpa Ibunya sadari ternyata si anak terdidik untuk bersikap rapi karena senang apabila dia rapi maka ibunya kan memujinya dan sang ayah mau membelikan sesuatu untuknya.

Contoh lain, suatu saat Anda mengajak si buah hati berjalan-jalan di sekitar rumah dengan membawa sebungkus biscuit, kemudian Anda bertemu dengan anak-anak tetangga yang sedang bermain. Suruh anak Anda membagikan biscuit yang dia bawa dari rumah tadi untuk anak-anak tersebut, biarkan dia membagikan sendiri sesuai dengan apa yang dia mau. Bila anak Anda menolak maka katakan “adik jangan begitu! Itu tidak baik, kita harus saling memberi agar adik bisa main dengan mereka dan nanti kalau mereka punya biscuit, biar adik dibagi juga jadi saling membatu. Nanti papa beliin lagi.”. Mungkin Anda tidak pernah berpikir kalau anak Anda dalam otaknya sedang berproses apa yang Anda katakana tadi, tapi ketahuilah bahwa seorang anak akan selalu berpikir tentang apa yang dia kerjakan dan bagaimana selanjutnya terjadi, walaupun mungkin setiap anak berbeda seberapa jauh mereka berpikir tentang konsekuensi dari apa yang dia lakukan.

Contoh diatas adalah salah satu contoh bagaimana mendidik anak supaya dapat berpikir logis tentang konsekuensi yang dia tanggung.

 Dalam pendidikan kepemimpinan, minimal dia bisa memimpin dirinya sendiri dengan disiplin, mandiri, bertanggungjawab, jujur, sabar dan ikhlas serta memiliki empati terhadap orang lain. Sedangkan pendidikan selanjutnya adalah bagaimana dia bisa mempengaruhi orang lain untuk mau mengikutinya apa yang menjadi keinginannya dengan tidak memaksa dan terus menjadi idola atau panutan didalam kepribadiannya yang memukau.

 Ajarkan kepada anak Anda hal-hal tersebut diatas dengan tidak memaksanya dan tidak menekannya tetapi ajari dia dengan bersama-sama melakukan apa yang Anda ingin ajarkan kepadanya. Misalnya sambil bermain Anda mengajaknya membuat daftar apa yang harus dikerjakannya setelah bermain selesai. Jangan memaksakan ego anda jika anak anda tidak mampu dan bersedia melakukan apa yang anda inginkan. Misalnya mengerjakan PR, buat agar dia senang mengerjakan PR dengan menuruti apa yang dia mau dan mungkin menjanjikan sebuah hadiah bila dia selesai mengerjakan PR. Setelah terjadi kesepakatan bersama maka buat secara bersama-sama juga daftar hukuman bila dia melupakan atau tidak mengerjakan apa yang telah disepakati bersama. Berilah pujian bila ia mampu menyelesaikan apa yang menjadi kesepakatan tersebut, begitu halnya bila dia tidak mengerjakan apa yang menjadi kesepakatannya maka coba terapkan apa konsekuensi hukuman yang harus dia terima berdasarkan apa yang dia sepakati. Jangan pernah mengampuni dia bila dia menginkari janjinya, Anda harus tetap menghukumnya untuk membuat dia bersikap sportif, disiplin, dan bertanggungjawab terhadap apa yang dia sepakati.

 Salah satu jiwa kepemimpinan yang harus diajarkan adalah KEJUJURAN. Ingat bahwa sifat jujur tidak serta merta datang begitu saja tanpa ada ajarkan bahwa jujur adalah sesuatu yang harus melekat pada dirinya. Berilah pengertian kepadanya bahwa setiap perbuatan akan selalu dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan yang Maha Mengetahui segala perbuatan manusia, walaupun tidak ada orang tahu perbuatan kita tetapi kita harus yakin bahwa Tuhan akan selalu mengawasi manusia siang dan malam dan Tuhan tidak pernah tidur. Kita harus selalu berbuat baik kepada siapapun baik itu kepada Tuhan, alam, lingkungan, tumbu-tumbuhan, binatang, manusia maupun diri kita sendiri. Terangkan pula bahwa setiap usaha yang baik belum tentu sukses dan kita harus mau menerima konsekuensi dari kegagalan itu walaupun pahit, tetapi Tuhan tetap akan menilai apa yang telah kita usahakan. Tuhan menilai bukan pada hasil yang kita capai tetapi pada proses yang kita lalui.

 Berilah contoh tetang perbuatan yang baik tetapi gagal maupun perbuatan baik dan berhasil. Misalnya:

Contoh:

Katakan kepada buah hati anda dengan ramah dan lembut “ketika adik ingin mengambil air minum sendiri tanpa bantuan papa atau mama, ternyata adik tanpa sengaja menjatuhkan gelasnya sehingga air tumpah ke lantai dan gelasnya pecah. Itu adalah contoh perbuatan baik tetapi gagal dan adik harus menerima konsekuensinya untuk mengatakan kepada mama atau papa bahwa adik telah memecahkan gelas, walupun mungkin nantinya adik akan dimarahi mama atau papa karena kesalahan tersebut, atau sebaliknya mama dan papa malah memaafkan dan memuji adik karena adik telah berniat berbuat baik tetapi tanpa sengaja memecahkannya dan mama papa sangat menghargai dan memuji kejujuran adik, dan semoga adik mendapat pahala dari Tuhan yang mengetahui perbuatan adik. Amin!”

Praktekkan hal-hal kecil lainya yang sehari-hari dapat dijumpai. Ingat untuk mencoba pertama kali ketika dia tidak jujur maka terangkan nilai kejujuran, dan ketika dia jujur berilah pujian dan mungkin hadiah sehingga dalam dirinya tertanam bahwa kejujuran akan lebih berharga dan dihargai daripada kebohongan yang hanya membuat kita pura-pura dan menutupinya lagi dengan kebohongan selanjutnya.

 Menumbuhkan jiwa kepemimpinan anak tidak harus hanya di rumah saja dengan hanya anggota keluarga tetapi juga harus dibawa keluar rumah untuk melihat dunia yang lebih luas. Ajak anak anda jalan-jalan di lingkungan orang miskin dan terangkan bahwa dia lebih beruntung daripada mereka dan kita harus membantunya tanpa meminta imbalan apapun. Praktekkan dengan memberi dia uang kemudian suruh dia sendiri yang lansung memberikannya kepada mereka yang membutuhkan dengan memberikan senyum yang ramah dan mendoakanya. Setelah selesai kemudian terangkan bahwa ikhlas adalah ketika kita memberikan sesuatu maka kita tidak mengharapkan imbalan dari orang yang kita beri, tetapi kita hanya mengharapkan semoga Tuhan menilai kita sebagai hamba-Nya yang bertakwa. Begitu pula dengan empati atau tenggang rasa kepada orang lain, harus anda terangkan kepada si kecil apa dan bagaimana tenggang rasa itu. Katakan bahwa kita harus ikut merasakan penderitaan orang lain sehingga kita yang mampu juga harus membantu mereka yang membutuhkan.

 Apapun yang yang anda terangkan dan lakukan pasti dia mendengarnya dan didalam otaknya tertanam setiap perbuatan dan pelajaran yang baik yang harus dia dilakukan. Tidak mungkin seorang anak yang baik timbul dari pengajaran yang tidak baik kecuali dia pasti menemukan sendiri apa nilai-nilai kemanusian yang seharusnya dilakukan sehingga dia mengharapkan dunia dan hidup ini terasa damai, aman dan tentram. Dan mungkin ada juga seorang anak yang jahat dan pendendam timbul dari pengajaran yang baik, sehingga pelajaran yang diajarkan kepadanya hanya angin lalu dan tak berbekas. Tetapi apakah anda sebagai orang tua akan membiarkan mengajarkan segala sesuatu yang jahat bila anda menghendaki buah hati anda nantinya berprilaku baik. Ya semua ada ditangan anda, apa anda menginginkan anak anda baik dengan membiarkan begitu saja atau merencanakannya dengan mengajarkan yang baik-baik saja? Tetapi pastinya tidak ada seorang orang tua yang menginginkan anak-anaknya tumbuh dan dewasa dengan prilaku yang tidak baik.  


selanjutnya lihat bab 4

Tidak ada komentar: