Sabtu, 11 Oktober 2008

Krisis Kredit Global

Krisis kredit yang merebak di seisi dunia saat ini pada hakikatnya merupakan masalah yang dibuat oleh Amerika Serikat. Sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1776, sepanjang 230 tahun Amerika Serikat telah menjelma menjadi kekuatan ekonomi industri terpadu yang memproduksi 28% output dunia. Terlepas dari badai ‘depresi besar’ yang melanda perekonomiannya, Amerika akan mampu meraup 14 triliun dolar pada akhir tahun pajak Oktober 2008. 300 juta rakyat Amerika akan meraup kekayaan jauh melampaui gabungan kekayaan lima negara pada peringkat di bawahnya, dan Amerika Serikat sendiri telah menjelma sebagai kekuatan ekonomi terbesar di dunia sejak tahun 1872.

Ekonomi Pasca-Industri


Sebelum meletusnya Perang Dunia ke-2, sebagian besar perekonomian Amerika Serikat berbasis pada industri, dengan sebagian besar tenaga kerja bekerja pada sektor manufaktur. Setelah perang berakhir, perekonomian Amerika Serikat mulai bergeser pada perekonomian berbasis jasa, 80% pendapatan Amerika Serikat diperoleh dari sektor jasa. Perdagangan, perakitan barang pangan dan ritel mencapai 65 % dari total sektor jasa. Dengan kata lain, perekonomian Amerika Serikat digerakkan oleh konsumsi pada sektor barang. Selama 30 tahun terakhir, Amerika Serikat sangat mengandalkan konsumsi dan kini mereka telah menjadi konsumen terbesar di dunia untuk beberapa item. AS adalah mesin utama dalam aktivitas perekonomian dunia dan tingkat konsumsinya yang besar adalah penyebab utama cepatnya pertumbuhan Cina dan India. Dengan jumlah penduduk hanya 5 % dari total populasi dunia, Amerika Serikat mengonsumsi 25 % minyak dunia dan mengimpor 9 % dari total barang yang diproduksi di luar negeri (terbesar di dunia, 32 % di antaranya ialah barang pangan).

Produksi barang dan tenaga kerja yang mendukungnya secara berkala dialihkan ke lokasi-lokasi yang murah. Cina diuntungkan oleh situasi ini. Mereka kini menjadi pabrik bagi Amerika Serikat karena 70% barang yang diproduksi di Cina masuk ke Amerika Serikat. AS sendiri kini memproduksi barang-barang strategis semacam mesin-mesin berat dan barang-barang yang tergolong menjadi kepentingan nasional serta menolak melakukan alih teknologi untuk barang semacam persenjataan, pesawat terbang, suku cadang kendaraan bermotor, komputer, dan telekomunikasi. Para konsumen Amerika Serikat kini membeli barang lebih banyak dari konsumen lain di luar negeri dibandingkan tahun-tahiun sebelumnya. Karena banyaknya, hingga Amerika Serikat kini memiliki neraca perdagangan yang tidak seimbang dengan seisi dunia. Defisit perdagangan atau jumlah impor Amerika Serikat melampaui jumlah ekspornya dengan seisi dunia, yang berada pada kisaran 763.6 milyar dolar AS pada akhir 2007.

Konsumen Amerika menjadi pusat dari perekonomian Amerika Serikat. Konsumsi mereka adalah faktor yang menggerakkan perekonomian negara. Pengeluaran mereka memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk memperluas produksi secara berkesinambungan, dan melemahnya daya beli akan berujung pada kejatuhan ekonomi Amerika Serikat. Porsi terbesar dari pengeluaran konsumen ada pada pembelian perumahan dan perolehan hipotek. Sebaliknya, perumahan meningkatkan konsumsi perabot rumah tangga, furnitur dan konstruksi rumah. Pada tahun 1940, 44% dari warga negara Amerika Serikat memiliki rumah sendiri. Pada 1960, jumlahnya mencapai 62%. Kini, hampir 70% warga memiliki rumah sendiri. Meningkatnya kepemilikan rumah menjadikan semakin banyak lagi warga yang terlilit utang. Kredit perumahan Amerika Serikat sendiri kini mencapai angka 11.4 triliun dolar AS (2006)[i].

Ini adalah sebuah gambaran yang mencengangkan, karena berarti 20% rumah tangga AS memiliki lebih banyak utang dibanding aset. Utang tersebut merepresentasikan adanya kepercayaan tinggi pada perekonomian masa depan karena dana aktual sesungguhnya tidak tersedia. Jumlah utang tersebut mencapai tujuh kali lipat dari jumlah uang dolar yang beredar (M1 Money Supply), yang hanya mencapai angka 1,3 triliun dolar AS (2007). Para pemberi kredit berasumsi bahwa uang akan tersedia pada saatnya orang membayar utang mereka. Pentingnya konsumsi para konsumen bagi perekonomian Amerika Serikat dikemukakan oleh Richard Robbins, seorang ahli antropologi dalam bukunya, ‘Global Problem and The Culture of Capitalism’ yang mendapatkan penghargaan,

‘Hanya beberapa hari setelah al-Qaeda menabrakkan dua pesawat ke gedung WTC pada 11 September 2001, para anggota Kongres mengadakan pertemuan untuk memberikan pesan bagi publik yang terguncang. “Kita perlu memberikan kepercayaan diri pada masyarakat untuk pulih seperti sediakala serta tidak ragu untuk pergi bekerja, berbelanja, kembali ke toko-toko, menyiapkan Thanksgiving, menyiapkan Natal,” ujar salah satu anggota Kongres, melanjutkan pesan dari Sang Presiden, ‘keluarlah’, ujarnya, “dan jadilah anggota masyarakat yang aktif.” (CNN 2001). ‘Fakta bahwa para pejabat pemerintah mendorong masyarakat untuk bekerja dan berbelanja setelah salah satu peristiwa paling mengejutkan dalam sejarang merupakan kesaksian langsung akan peran signifikan konsumsi dalam kinerja efektif perekonomian kita, dan bahkan dalam seluruh lapisan masyarakat”

Menciptakan Pasar Sub-Primer

Pasar hipotek sub-primer berbeda dengan pasar primer (utama) karena mencakup seluruh masyarakat yang tidak memenuhi kriteria untuk mendapatkan hipotek dalam pasar lazim[ii]. Pemberlakuan Depository Institutions Deregulatory and Monetary Control Act (Undang-undang Kendali Deregulasi dan Moneter Lembaga Penyimpanan) pada 1980 merupakan bagian dari kendali deregulasi yang mengeliminasi berbagai pembatasan untuk meminjamkan uang. Akibatnya pinjaman mencapai level yang tak terduga sehingga menciptakan arus pasar hipotek penuh dan mencapai puncak profitabilitasnya. Mereka yang memiliki sejarah kredit macet dan pendapatan rendah berpaling dari arus hipotek pada saat pasar sedang ringan akibat pengeluaran dan pinjaman konsumen. Pasar sub-primer pun tercipta setelah titik ini, karena 25% dari total populasi Amerika Serikat berada pada kategori ini dan membentuk peluang pasar. Maka para pemberi kredit Amerika Serikat pun memberikan hipotek pada mereka yang berdaya beli rendah untuk mengeluarkan uang agar mendapat hipotek, dan mengenakan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dari bunga perdagangan karena meningkatnya resiko. Mereka mengemukakan bahwa hipotek tersebut aman dengan memahamkan bahwa bila pembeli tidak sanggup membayar, mereka dapat mengambil alih properti untuk kemudian menjualnya di pasar properti yang ringan. Pada awal 2007, pasar sub-primer dihargai lebih dari 1,3 triliun dolar AS.

Bank-bank tradisional tetap menjaga jarak dengan pasar yang beresiko ini dengan tetap memfokuskan diri pada pinjaman primer serta mempertanyakan beberapa praktek bisnis perusahaan sub-primer, misalnya peminjaman agresif serta praktek akunting yang mereka lakukan. Antara tahun 1994 hingga 1997, jumlah pemberi pinjaman sub-primer meningkat tiga kali lipat, dari 70 menjadi 210. karena institusi-institusi ini umumnya bukan berbentuk bank, mereka tidak memiliki penyimpanan untuk deposit konsumen, dan untuk memperluas usahanya mereka berpaling ke bursa saham untuk mendapatkan pembiayaan. Perusahaan-perusahaan semacam Money Store, AMRESCO Inc, Dallas, dan Aames Financial Corporation, memperoleh modal dari pelepasan sebagian saham mereka di pasar modal. Pemberi pinjaman yang relatif baru semacam Long Beach Financial Corporation; New Century Financial Corporation yang berbasis di Irvine, California, Delta Funding Corporation; dan Cityscape Financial melepas 100% sahamnya ke publik. Pada akhir 1997, 10 perusahaan pemberi pinjaman tercatat memberikan 38% dari total pinjaman sub-primer.

Jatuhnya Komunisme di Rusia dan manajemen permodalan jangka panjang pada 1997 menghasilkan sejumlah penyitaan sehingga mematikan enam dari sepuluh pemberi pinjaman sub-primer. Fenomena ini menyisakan sejumlah penarikan pada industri sub-primer sehingga menghasilkan serangkaian akuisisi oleh bank-bank komersial, misalnya akuisisi Long Beach Financial Corporation oleh Washington Mutual. Associates First Capital, pemberi pinjaman pemula terbesar ketiga saat itu, kemudian dibeli oleh Citigroup Inc. pada 2001, Chase Manhattan Mortgage Corporation mengambil alih Advanta Mortgage Corporation, pemberi pinjaman sub-primer terbesar ke 16, dengan harga 1 miliar dolar AS. Pada tahun 2003, HSBC Finance Corporation mengambil alih kelompok usaha sub-primer Household Finance, sehingga meningkatkan peringkat perusahaan tersebut dalam daftar pemberi pinjaman sub-primer karena akuisisi oleh HSBC. Para pialang hipotek tidak meminjamkan uang mereka sendiri. Tidak ada korelasi antara performa pinjaman dengan kompensasi. Maka ada insentif keuangan yang besar untuk penjualan, tingkat hipotek yang dapat disesuaikan untuk sejumlah perusahaan, karena penjualan menghasilkan komisi yang lebih tinggi. Pada Maret 2004, para pialang hipotek menghasilkan 65% dari total pinjaman perumahan, dengan jumlah pinjaman sub-primer tercatat sebesar 43% dari total perdagangan pinjaman.


Sekuritisasi

Para pemberi pinjaman sub-primer kemudian menemukan cara lain untuk menghasilkan uang dalam sektor yang sebelumnya telah dikenal beresiko tinggi. Para pemberi pinjaman ingin memastikan bahwa mereka tidak akan kehilangan kemungkinan pendapatan keuangan dengan menciptakan kesempatan di pasar sub-primer dan mengembangkan sejumlah produk yang kompleks; ini dicapai dengan menjadikan nilai pasar hipotek sub-primer dan sejumlah pinjaman perumahan sebagai komoditas –sebagaimana halnya sebagian besar barang di dunia nyata- dan menjualnya ke institusi lain. Utang dijual kepada pihak ketiga, yang kemudian akan menerima pembayaran pinjaman dan mendanai sektor ini. Jadi, utang dapat dijadikan komoditas dagangan layaknya sebuah mobil. Maka kemampuan untuk mengamankan utang menciptakan jalan yang penuh resiko ini menjadi permainan, terbagi-bagi, dan tersebar, sehingga memungkinkan lebih banyak utang terjual. Sejak 1994, tingkat sekuritas pinjaman sub-primer meningkat dari angka 32% menjadi 77% dari total pinjaman sub-primer. Proses ini sangat efektif dalam meningkatkan jumlah lembaga keuangan yang bergerak di pasar hipotek sub-primer. Ini dapat terjadi sebagai akibat sekuritisasi terhadap pinjaman sub-primer.

Banyak institusi, termasuk di antaranya bank-bank investasi Wall Street yang senantiasa mengikuti arus, menjadi pemilik CDO’s (Collateralised Debt Obligations/Obligasi Utang Terjamin). Situasi perusahaan ini merupakan ikatan yang terbentuk melalui sebuah proses dekonstruksi dan perencanaan kembali sekuritas yang didukung aset. Ini dilaksanakan dengan menyediakan akses bagi investor pada penerimaan pembayaran, yang dilakukan pembayar pinjaman untuk memperoleh akses pada CDO sebagaimana halnya dana manajemen. Jadi bank-bank investasi Wall Street berinvestasi pada arus masuk aset, bukan investasi langsung pada aset yang tersedia.

Banyak pula institusi yang menjadi pemilik MBS (Mortgage-Backed Securities/Sekuritas Berbasis Hipotek) yang tercipta di luar penataan ulang pinjaman sub-primer. Secara sederhana, ini berarti saat di mana sebuah bank menjual seperangkat piutang sebagai satu produk. Maka, sebagai imbalannya, pemilik baru dari obligasi utang menerima pembayaran piutang secara regular. Pada kebanyakan kasus, utang merupakan bagian dari sekumpulan utang berbasis hipotek yang terkumpul dalam wujud asli aset atau surat tanggungan utang. Masing-masingnya memiliki perbedaan skala resiko sendiri. Para pemilik MBS sebenarnya tidak mengetahui sumber pembayaran yang akan masuk dari mana atau bahkan dari sektor apa mereka akan menerima pemasukan. Saat ini, pasar MBS mencapai angka 6 triliun dolar AS, melebihi APBN Amerika Serikat sendiri. Perbedaan antara CDO dan MBS adalah bahwa pada MBS, properti ditempatkan sebagai jaminan. Dalam keadaan penurunan pasar perumahan, MBS tidak hanya menjadi penyedia sub-primer yang akan kehilangan propertinya, namun kini semua yang membeli produk jaminan juga akan merasakan akibatnya.


Suku Bunga Kredit

Tingkat bunga kredit pada umumnya menunjukkan jumlah resiko yang menjadi tanggungannya, tugas yang dijalankan oleh agen penentu suku bunga kredit sebagai pelaksana verifikasi keseimbangan kredit yang independen. Sorotan semakin tertuju pada dunia industri saat kebangkrutan Enron –perusahaan yang dibangun di atas sekuritisasi di tahun 2001- seperti halnya badan-badan penentu suku bunga saat kebangkrutan finansial Asia pada krisis finansial Asia di tahun 1997. Charlie McCreevy, komisioner pasar internal Uni Eropa berkomentar, “Apa persamaan umum antara Enron, Parmalat, pembuat kendaraan-kendaraan khusus, pipa, dan sejenisnya? Mereka memiliki neraca yang tak seimbang di mana resiko, secara teoritis, senantiasa dipelihara: tooraloo, adiĆ³s.[iii]”

Pinjaman perumahan Amerika Serikat telah terkumpul dan terbungkus dalam wujud perdagangan sekuritas oleh bank-bank Wall Street, sebelum dijual kepada lembaga-lembaga keuangan di seluruh dunia. Karena utang ini diperjual-belikan, sekuritas-sekuritas berbasis hipotek tersebut dinilai berdasarkan bunga yang dikenakan kepada mereka oleh lembaga penentu suku bunga. Lembaga-lembaga kredit (yang didominasi oleh Moody’s, Standard & Poor’s dan Fitch) mengelompokan resiko dari penataan ulang sekuritas-sekuritas berdasarkan pembukaan mereka pada pasar-pasar yang beresiko. CDO diklasifikasikan ke dalam berbagai tranche, di mana tranche tertinggi dipandang memiliki resiko paling kecil, dan seringkali diberi rating AAA –rating yang sama dengan surat obligasi. Ini disebabkan karena dalam kondisi kegagalan pembayaran, kerugian pertama akan diderita oleh tranche yang rendah, bukan yang tinggi. Model dan simulasi matematis yang digunakan bank sebagai sandaran tidak memprediksi akan adanya skenario di mana kegagalan pembayaran akan membengkak jumlahnya, sehingga mereka yang berada pada posisi top tranche AAA akan terpengaruh.


Kebangkrutan Pasar Sub-Primer

Karena laju inflasi pada sektor perumahan semakin meningkat sebagai akibat nafsu membeli rumah orang Amerika yang tinggi, sektor sub-primer terus berlanjut. Bank-bank komersial mulai memasuki apa yang mereka namakan pasar ringan yang hanya sekedar mampu meningkat, banyak warga Amerika yang mendanai ulang pembelian rumah mereka dengan mengambil hipotek kedua yang bertentangan dengan pertambahan nilai untuk menggunakan dana bagi pengeluaran konsumtif. Tanda-tanda pertama terjadinya masalah penggelembungan perumahan Amerika Serikat terjadi pada 2 April 2007 saat New Century Inc. –pemberi pinjaman hipotek sub-primer terbesar di AS- dinyatakan bangkrut akibat meningkatnya kegagalan pembayaran dari para peminjam. Pada bulan sebelumnya, 25 pemberi pinjaman sub-primer dinyatakan bangkrut, mengumumkan kerugian dalam jumlah besar, sementara sebagian lainnya menyatakan penjualan perusahaannya secara terbuka. Inilah awal dari akan berakhirnya masalah. 

Krisis lalu merebak ke tengah para pemilik jaminan utang yang kemudian berada dalam posisi di mana jaminan penerimaan dari pembayaran utang yang telah mereka beli mengalami kegagalan pembayaran. Dengan memiliki sejumlah produk kompleks, elemen-elemen yang menjadi konstituen produk macam itu memfokuskan diri pada penjualan investasi mereka untuk menyeimbangkan neraca akibat kerugian yang mereka derita dari pembiayaan sektor sub-primer, atau lebih dikenal dengan istilah ‘covering position’. Penjualan ronde kedua untuk menggalang dana dan memenuhi margin perdagangan yang diperlukan ini adalah penyebab kolapsnya harga saham di seluruh dunia pada Agustus 2007, seiring dengan terjerumusnya pasar ke dalam suatu lingkaran kerugian sehingga menciptakan penjualan saham besar-besaran untuk menghindari kerugian. Jenis perilaku pasar macam ini adalah tipikal guncangan pasar kapitalis dan merupakan penyebab menurunnya harga saham di seluruh dunia. Banyaknya investor, yang diketahui terlibat dalam lingkaran kejatuhan harga, tidak hanya menjual produk sub-primer dan produk lain yang berhubungan dengannya semakin memperburuk keadaan; mereka menjual segala sesuatu yang dapat dijual secara gila-gilaan. Inilah yang menyebabkan jatuhnya harga saham di seluruh dunia, bukan hanya pada sektor yang terkait langsung dengan hipotek sub-primer.

Lembaga-lembaga internasional yang mengucurkan dananya pada sektor perumahan Amerika Serikat bahwa sesungguhnya mereka tidak akan menerima pemasukan uang dari uang yang mereka pinjamkan pada investor, karena pemegang hipotek sub-primer individual mengalami kegagalan membayar secara massal untuk membayar pinjaman sektor ini. Sebagai akibatnya, mereka yang memiliki posisi dalam sektor perumahan tidak mampu melakukan pembayaran kepada lembaga-lembaga keuangan yang memberikan pinjaman kepada mereka. Karena alasan inilah maka bank sentral di seluruh dunia melakukan intervensi terhadap ekonomi global dengan cara yang tidak terduga dengan menggelontorkan sejumlah besar uang agar lembaga-lembaga keuangan dan perbankan tidak mengalami kebangkrutan. The European Central Bank (Bank Sentral Eropa), America’s Federal Reserve (Bank Sentral Amerika), serta bank-bank sentral Jepang dan Australia menyuntikkan dana senilai 300 miliar dolar AS ke dalam sistem perbankan dalam waktu 48 jam untuk menghindari merebaknya krisis keuangan. Mereka melakukan penetrasi saat beberapa bank semacam Sentinel, perusahaan investasi perumahan besar di Amerika, menghentikan penarikan dana yang dilakukan para investor, dihantui oleh kerugian langsung yang tak terbayangkan sebelumnya dari buruknya sistem pinjaman dalam pasar hipotek Amerika. Beberapa lembaga lain mengikuti dengan menunda kucuran dana untuk pinjaman normal. Intervensi bank-bank sentral dunia untuk menghindari krisis menyebabkan kerugian hingga 800 miliar dolar AS hanya dalam rentang 4 hari.

Krisis Kredit


Bank-bank di seluruh dunia mendanai mayoritas peminjaman yang mereka lakukan dengan meminjam dari bank lainnya melalui peningkatan uang pada pasar finansial. Pinjam-meminjam antar bank dilakukan pada basis per hari untuk menyeimbangkan neraca mereka. Sebagai realisasinya diawali oleh eksisnya sekuritas pendukung hipotek sub-primer pada seluruh sektor perbankan dalam portofolio bank-bank dan menghimpun dana dari seluruh dunia, mulai BNP Paribas hingga Bank of China. Banyak pemberi pinjaman yang menghentikan tawaran pinjaman, beberapa di antaranya menawarkan pinjaman dengan tingkat bunga tinggi, dan bank-bank pada umumnya mulai menghentikan pinjaman kepada bank lainnya untuk mengamankan neraca masing-masing. Saat tidak ada bank yang menyadari seberapa besar masing-masing bank terjerumus ke dalam krisis sub-primer, banyak di antara mereka yang menolak memberikan pinjaman kepada bank lain. Ini menyebabkan terciptanya krisis kredit di mana bank-bank yang menyandarkan sebagian pinjaman mereka melalui peminjaman kepada bank lainnya menyadari bahwa kredit bagi mereka mulai mengering.

Indikasi pertama bahwa krisis perumahan ini tidak hanya akan mempengaruhi Amerika Serikat dan berimbas kepada perekonomian global adalah kolapsnya Northern Rock Inggris. Northern Rock adalah pemberi hipotek terbesar kelima di Inggris dan mendanai pinjaman yang diberikannya dengan meminjam 80% dari pasar finansial. Karena pasar kredit membeku, Northern Rock meminta fasilitas dukungan tunai dari Bank of England, sebagai pemberi pinjaman pada urutan terakhir di Inggris karena meningkatnya pembiayaan di pasar finansial. Ini memicu penarikan dana besar-besaran karena para pemilik rekening kehilangan kepercayaan terhadap bank sehingga terciptalah antrean-antrean di seluruh negara sebagai wujud kepanikan para pemilik rekening. Pemerintah Inggris kemudian mengambil kebijakan kontroversial dengan menasionalisasi Northern Rock karena kejatuhannya tak ayal akan menyebar ke bank-bank lainnya karena para pemilik rekening yang panik ingin sesegera mungkin menarik uangnya –dengan begitu, seluruh sektor perbankan akan kolaps. 

Skenario yang sama muncul pada Maret 2008 dengan melibatkan Bear Stearns, salah satu bank investasi terbesar di dunia yang terpaksa membatalkan tiga pendanaan investasi di pasar sub-primer. Masalah-masalah Bear Stearns semakin tereskalasi saat berbagai rumor tentang krisis likuiditas perusahaan tersebut merebak, sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan.

Karena sektor perumahan telah menjadi mesin penggerak ekonomi Amerika Serikat selama satu dekade terakhir, kejatuhannya akan menghasilkan reaksi dahsyat pada seluruh perekonomian global karena banyak bank-bank bertaraf dunia yang menempatkan uangnya pada sekuritisasi kompleks dalam pasar sub-primer. Dengan kondisi perekonomian AS digolongkan berada dalam resesi, dunia akan menerima dampaknya karena perekonomian AS mengendalikan perekonomian dunia akibat tingkat konsumsinya yang tinggi. (Adnan Khan aktivis Hizbut Tahrir Inggris; Kapitalisme di Ujung Tanduk, PTI Press) 


[i] Federal Reserve Statistical Release 2006

[ii] i.e. Those With a Credit Score (FICO) Less Than 620

[iii] David Gow, Oct 3, ‘If You Try to Control Everything it Would Probably Kill Capitalism,’ Guardian,

http://business.guardian.co.uk/story/0,,2182836,00.html

http://hizbut-tahrir.or.id/2008/10/01/krisis-kredit-global/

Tidak ada komentar: