Tulisan
ini merupakan salah satu bab dari buku Longlife Motivation

The Masterpiece of You
(Karya Terbaik Anda)
“Anda saat ini adalah cerminan akumulasi dari aktivitas-aktivitas
yang anda lakukan setiap hari”
~Fauzan
al-Banjar~
Dengan
seluruh potensi serta motivasi yang kita miliki. Tinggal kini bagaimana kita
dapat memperoleh sebuah masterpiece (karya terbaik) untuk
dipersembahkan kepada Allah SWT dan kita wariskan kepada dunia.
Sebuah karya terbaik lahir dari proses aktivitas-aktivitas
terbaik yang dilakukan setiap hari. Ibarat sebuah gedung yang megah dan kokoh
tidak akan terbentuk jika tidak disusun dari material yang baik dan pengerjaan
yang serius. Sebongkah batu besar tidak akan berlubang oleh setetes air. Batu
besar dapat berlubang oleh jutaan tetes air yang fokus mengenai titik yang sama
secara terus menerus. Anda saat ini adalah cerminan akumulasi dari setiap
aktivitas yang telah anda lakukan setiap hari. dan Anda di masa yang akan
datang adalah hasil dari apa yang Anda lakukan mulai saat ini. Oleh karenanya
jangan remehkan setiap aktivitas Anda mulai hari ini. Raihlah selalu aktivitas
terbaik di dalam kehidupan Anda.
“Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang melakukan amal terbaik dan dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun”.(TQS. Al-Mulk [67]: 1-2)
‘Amal yang
terbaik (‘amal ihsan) menurut salah
seorang guru Imam Syaifi’i, yakni Fudhail bin ‘Iyadl ketika menjelaskan ayat
ke-2 surat Al-Mulk di atas adalah amal yang paling ikhlas dan paling benar.
Ketika ditanyakan. “Wahai
Abu Ali: ‘Apakah maksud paling ikhlas dan paling benar?” Beliau
menjawab:“Sesungguhnya
suatu amal sekalipun benar tetapi tidak dikerjakan dengan ikhlas, maka amal
tersebut tidak akan diterima. Sebaliknya, jika dikerjakan dengan ikhlas namun
tidak dengan cara yang benar, maka amal tersebut juga tidak akan diterima.
Ikhlas hanya dapat terwujud manakala amal itu diniatkan secara murni kepada
Allah swt, sedangkan amal yang benar hanya dapat terwujud dengan mengikuti
sunnah Nabi saw.”
‘Amal ihsan adalah amal perbuatan yang dilakukan
dengan niat ikhlas (semata-mata hanya karena Allah) disertai dengan kesesuaian
amal perbuatan tersebut dengan hukum syariat Islam (shahihu al-‘amal).
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”(TQS. Al-Bayyinah [98]: 5)
Hal ini juga dijelaskan melalui hadits baginda Nabi SAW;
إِنَّمَااْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ
وَإِنَّمَالِأمرِئٍ مَانَوَى
“Sesungguhnya (semua) perbuatan (amal) itu sangat bergantung
(kesahihan dan kesempurnaannya) kepada niat”. Dan sesungguhnya setiap orang
hanya akan mendapatkan sesuatu yang (sesuai) dengan niatnya…”(HR. Bukhari dan Muslim)
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ
عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَرَدٌّ
“Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak didasarkan pada
ketentuan kami, maka ia tertolak” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Aktivitas
atau amal terbaik (‘amal
ihsan)-lah yang diinginkan oleh Allah SWT. ‘Amal ihsan adalah
tuntutan dari Allah SWT. Maka bagi seorang muslim tuntutan Allah adalah
motivasi bagi kehidupannya. Tuntutan Allah adalahquwwah ruhiyyah (spiritual motivation)
bagi dirinya. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk tidak
dapat mencapai kualitas terbaik dari amalnya, yaitu Ikhlas dalam beramal dan
melakukannya sesuai dengan aturan Allah SWT.
Ikhlas
adalah amalan batin (kalbu). Tidak ada orang lain yang mengetahui kecuali Allah
SWT. Amal ikhlas yang tertinggi adalah bukan sekedar tidakriya atau sum’ah. Orang
yang ikhlas (mukhlis)
yang terbaik adalah orang yang tidak sekedar amalnya tidak dimaksudkan
untuk dilihat orang (riya’)
atau ingin didengar orang (sum’ah). Lebih dari itu, ikhlas sesungguhnya
mengandung konsekuensi melakukan ‘amal dengan kemampuan terbaik (paling
maksimal).
Ketika ikhlas dalam beramal mengandung pengertian beramal
semata-mata karena Allah, maka Anda harus benar-benar menunjukkan bahwa amal
yang Anda lakukan semata-mata dipersembahkan hanya untuk-Nya, bukan untuk
selain-Nya. Pertanyaannya; Apakah sesuatu yang yang dipersembahkan hanya untuk
Allah itu cukup yang biasa-biasa saja. Minimalis, dan terkesan asal-asalan?
Ataukah sesuatu yang hendak dipersembahkan kepada Allah itu harus berkualitas
istimewa, dan dengan upaya terbaik yang kita mampu?
Ketika
seseorang mempersembahkan sesuatu khusus hanya (special) bagi orang yang
dicintainya, tentu saja ia akan mempersembahkan yang terbaik dan teristimewa
dengan seluruh kemampuan terbaiknya; bukan yang biasa-biasa saja, apalagi yang
berkualitas buruk. Demikian pula seseorang yang ikhlas, ia mempersembahkan
amalnya semata-mata hanya untuk Allah, Penciptanya. Ia hanya akan
mempersembahkan amalan terbaik dan teristimewa untuk-Nya. Jadi, Ikhlas pada
amal sesungguhnya harus berbuah menjadi amal yang terbaik (‘amal ihsan).
Amal yang ikhlas (أخلص ) mengandung makna;
(أ ) Iman atau ‘itikad, artinya
yakin akan pertemuan dengan Allah. Keyakinan terhadap pertemuannya dengan Allah
membuat si empunya amal akan selalu bersunguh-sungguh dalam mengerjakan setiap
aktivitas. Selain itu makna iman disini juga adalah meyakini bahwa perbuatan (‘amal) yang
dilakukan adalah perbuatan yang benar.
( خ ) Khushushan, artinya
teristimewa; yang paling spesial. Seorangmukhlis memiliki orientasi
pada kesempurnaan karya terbaiknya (masterpiece). Sebab perbuatan
(‘amal) yang dilakukan akan dipersembahkan kepada Allah SWT, Dzat Yang Maha
Istimewa.
( ل ) La tay’asu, pantang
berputus asa. Seorang mukhlis adalah orang yang pantang berputus asa,
ia selalu mengerjakan perbuatan dengan penuh semangat dan memiliki etos kerja
yang tinggi. Sebab ia memahami bahwa tidak ada sebuah maha karya (masterpiece) yang
dapat diselesaikan dengan mudah. Sebuah masterpiece pastilah sesuatu yang
membutuhkan pengorbanan dan perjuangan untuk dihasilkan.
( ص ) Shafa, artinya
jernih dan bersih. Sebuah persembahan yang teristimewa wajib tidak bercampur
maksudnya kecuali hanya untuk Allah SWT. Sebab tidak masterpiece yang dibuat kecuali
memiliki maksud khusus dan dipersembahkan kepada sesuatu yang khusus juga.
Bersih dan jernihnya maksud dari seorang mukhlish akan menghantarkannya kepada
apa yang hendak ia tuju yaitu Allah SWT.
Mencapai
amal yang terbaik selain dengan ikhlas adalah juga harus melakukan amal
tersebut sesuai dengan aturan dari Allah (shahihu al-‘amal).
Wajib shahih-nya amal
sesunggunhya adalah sesuatu yang sudah maklum. Karena seseorang yang sedang
mempersiapkan sebuah maha karya (masterpiece) yang hendak
dipersembahkannya hanya kepada orang yang dicintai pasti akan mencari tahu apa
yang paling diinginkan oleh orang yang dicintai tersebut. Apa yang tidak
membuat kecewa orang yang dicintainya tersebut. Untuk itu, selain ikhlas
seseorang yang hendak mempersembahkan masterpiece-nya kepada Allah harus
mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai oleh Allah. Allah SWT akan
menolak semua amal meski ditujukan kepada-Nya tapi tidak dilakukan dengan
cara-cara yang sesuai dengan keinginan-Nya (aturan main Allah). Ibarat orang yang
sedang melakukan lomba, maka sebuah kemenangan tidak akan dinilai apa-apa jika
diperoleh dengan melanggar aturan yang sudah dibuat oleh pelaksana lomba.
Amal yang shahih (صح)
mengandung makna;
(ص) Sharih artinya
jelas, tidak kabur, ada pada area hitam dan putih, tidak mendatangakan
keragu-raguan (syubhat). ‘Amal ihsan adalah
‘amal yang wajib jelas dalam status perbuatannya dan juga status hukum
syariatnya. Jelas status perbuatan adalah perbuatan yang memiliki maksud dan
target tertentu. Sedangkan jelas dari sisi hukum syariat adalah perbuatan yang
memiliki status hukum syariat tertentu apakah wajib, sunnah, mubah, makruh atau
haram. Sehingga si empunya ‘amal memiliki keyakinan untuk mengerjakan atau
meninggalkan perbuatan tersebut.
(ح) Hasaba artinya
adalah pertimbangan atau perhitungan. Setiap ‘amal bagi seorang muslim harus
memperoleh pertimbangan keutamaan (awlawiyat) terlebih dahulu. Sebab
ia memahami dengan waktu hidup yang singkat tidak mungkin ia memperoleh seluruh
‘amal. Oleh karena itu ia memiliki kriteria keutamaan dalam beramal. Sedapat
mungkin semua yang wajib ia utamakan untuk ditunaikan. Kemudian menyusul
memperbanyak yang sunnah. Lalu lebih banyak meninggalkan yang mubah. Dan sama
sekali tidak ingin terjerumus kepada yang haram.
Walhasil,
karya terbaik (masterpiece)
lahir dari akumulasi amal-amal terbaik (‘amal ihsan). Amal terbaik baru
dapat terwujud jika telah memenuhi syaratnya yaitu ikhlas dan shahih.
Masterpiece apa yang hendak Anda wariskan kepada
dunia? Apapunmasterpiece Anda,
semuanya akan benar-benar berbuah menjadi the realmasterpiece jika anda
melakukannya dengan amal yang ihsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar